Minggu, 18 Januari 2015

AKU JATUH CINTA

Hari ini fakultas ku mengadakan makrab (malam keakraban) di puncak. Hampir semua mahasiswa fakultas ekonomi ikut. Termasuk teman temen sekelasku, semuanya ikut. Setibanya di sana kita memasang tenda, Aku bersama kedua sahabatku Lisa dan Muti berada di dalam satu tenda. Disana kami bersenang senang, kamipun berkenalan dengan anak-anak kelas lain.
“Eh, ada cowo ganteng bingitssss itu” kata sahabatku Lisa. “manaa??” tanya ku. “OMG itu yang mau jalan kesinii, dia....”.
Mata Lisa tak dapat berpaling dari wajah cowo itu, cowok itupun jalan di hadapan kami dan melontarkan senyuman ke arah Lisa.
“ohhh, rasanya mau terbang,, diaaaaa liatin aku!!”.
Tubuh Lisa lemas dan seperti orang kasmaran.
“udah yukk ke tenda, Lisa emang dasar ye disenyumin cowo cakep dikit aja klepek-klepek haha” kata Muti.
Aku dan Muti pun mengandeng Lisa agar cepat kembali ke tenda.

***

Malam harinya diadakan calance atau pertandingan adu cepet untuk mendapatkan bendera berwarna kuning. Semua dibagi kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Dan ternyataaaa Aku sekelompok dengan Dimas. Dimas adalah temen sekelasku sejak SMA dan cowo yang paling menyebalkan, dia selalu meledek ku sejak SMA.
"sama Dimas??" teriakku dengan kaget. “Kenapa dari SMA dan kuliah juga selalu sama dia, mending baik, ini nyebelin banget” Aku mengerutu.
"semuanya bergabung pada kelompok masing masing yang sudah dibagikan, dan pencarian akan dimulai pukul 7 tepat. " kata kakak senior
"yaaaah masa gw sama lo si, bosen gw" kata Dimas kepada ku. "gw juga males kali sekelompok sama  lo" jawab ku.
"heh, jangan bertengkar terus, udh mau mulai ni, kita harus kompak" kata sahabatku Muti dan lisa. Untung saja mereka sekelompok dengan ku. Kami pun bersiap-siap.
"mulaaaaai" teriak kakak Senior, dan semua berlari menuju hutan untuk mencari bendera tersebut.

***

Saat didalam hutan...
"ko ini serem bgt yaa, banyak suara suara aneh" kata ku. Aku berjalan berjajar kebelakang, Dimas paling depan, lalu Aku, lisa dan Muti paling belakang. “payah,gitu aja takut" kata Dimas. “jangan sok berani deh” jawab Ku
Tiba-tiba ada suara kayu patah yang mengagetkan kita semua, aaaaaaaaaaaa!!!” aku berteriak dan lari, tanpa sengaja aku terpeleset dan jatuh berbarengan dengan Dimas. Mata ku dengan matanya bertemu disatu galis lurus, entah setelah melihat matanya Aku merasakan ketenangan dari ketakutan ku sebelumnya.
"Sory-sory, nggak sengaja, jatoh jadinya” kata ku. " Iya ngakpapa lo nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Dimas. Tumben sekali Dimas manayakan kabar ku (tanyaku dalam hati). Lalu aku menjawab “ngakpapa ko". Lisa menegur kami, "ayo kita jalan lagi, ntar kalo lama lama kepicut lagi". “Yaaa,nggk mungkin lah” jawab ku. Sambil pergi dan melanjutkan perjalanan Lisa dan Muti menertawakan Aku dan Dimas.

Angin berhembus dengan pelan, tetepi sangat menusuk kulit kulit kami, ditambah suara suara aneh wanita dari kejauan membuat kami merinding.
 “kalian dengar nggk itu suara apa?” tanya Lisa. “ iyaa, kayak suara cewe gitu” jawab Muti. “Suara kakak senior kayaknya dh” jawab Dimas.
Kami mencoba berfikir positif, kalau itu hanya kakak mentor yg iseng. Angin tiba-tiba berhembus sangat kencang. Ternyata “AAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!” kami berteriak dan berlarian tanpa arah tujuan, entah kemana arah kaki ini melangkah, aku tak tau yang terpenting terhindar dari bayangan putih yang lewat dihadapan kami tadi.

***

Tanpa disadari, ternyata kami semua terpisah, aku tak tau ada di mana sekarang. Aku memutuskan untuk duduk di bawah pohon. Tanpa disadari air mata ku turun dan membasahi pipiku, aku sangat takut, hanya senter yang hampir redup yang aku bawa. “Lisa, Muti, Dimas, kalian dimana?????. teriak ku sekuat tenaga. Aku hanya bisa menundukkan kepala ku dan memeluk kaki ku. Tak lama kemudian ada yang mencolek ku dari belakang. Aku terkejut “tolong jangan gangu aku, aku tidak mengganggu kalian disi” kata ku dengan suara lemas dan penuh rasa takut. "Rere!!!" aku terkejut,suara itu terdengar seperti suara Dimas. Aku langsung berdiri dan memeluk Dimas. Entah apa yang kulakukan, tapi aku tidak bisa menyembunyikan rasa takut ku ini. “jangan nagis re, tenang ada aku disini” kata Dimas sambil mengusap rambut ku. “Kamu sudah agak tenang?, kalo gitu ayo kita cari yang lain” kata Dimas “ iya sudah” jawab ku.
Dimas beranjak dari tempat itu saambil mengandeng tangan ku dan membawa ku pergi dari tempat itu.
***

“Re, kayaknya kita sudah diluar jalur yang ditentuin kakak senior dh, soalnya dari tadi kita sudah jalan jauh tapi tidak ada petunjuk”. “hemm, iyaa kayaknya” sambil menghela nafas. “duduk disini aja dh, istirahat sudah jam 11 malam”. “agak serem sih disini, tapi yaudah dh, nggak ada pilihan lain” jawab ku. “ yaelah, ada gw ini, paling kalo ada apa-apa sama lo nanti gw biarin wkwk” Dimas tertawa terbahak bahak seakan ini bukan masalah besar. “ heeeeh, mulai deh  jahatnya”. “yaudah duduk di sini” jawab Dimas.
Aku duduk dan lama kelamaan aku merasa udara di sini dingin dan sangat menusuk kulit ku, tangan ku selalu ku tiup agar terasa hangat.
“dingin ya?” tanya Dimas. “aduh pake nanya lagi, iyalah dingin”.duh mbak Rere biasa aja jawabnya, bentar gw bikin api unggun dlu”. “ emang bisa?” tanya ku dengan penuh keraguan. “ bisa dong, kebetulan gw bawa korek ni di kantong”. “wahh untung ada korek”.
 Sekarang kondisi sudah semakin hangat oleh api unggun yang dibuat Dimas. “udah tidur gih” kata Dimas kepada ku. “jangan macem-macem lo, kalo gw tidur”. “Astagfirullah gw nggak ngapa-ngapain, neting terus pikirannya” jawab Dimas.
Saat kondisi seperti ini pun kami masih saja bertengkar. Aku mulai ngantuk dan tertidur, entah apa yang kurasaan, saat aku tidur aku merasa nyaman dan aman. Walaupun Dimas ini jail, aku senang saat dia perhatian kepadaku.

***

Matahari pun beranjak naik, kicauan burung-burung pun memabangunkan ku dari tidur lelapku. Saat ku bangun ternyata aku tertidur di bawah pundak Dimas, dan jaketnya menyelimuti ku, pantas saja aku tidak merasa kedinginan. Entah apa yang kurasakan saat ini, aku hanya senyum-senyum sendiri melihatnya. Seorang Dimas yang selama ini jail kepada ku, tapi perhatian juga ya. Tanpa ku sadari Dimas bangun dan menggigil.
Re, udah bangun?”, terdengar suara Dimas yang mengigil. “sudah, Dimas lo kenapa?” Tanya ku. Nggak kenapa-kenapa” jawab Dimas. “nggkpapa gimana, lo itu kedinginan muka lo juga pucet, ngapain juga ngasih jaket ini ke gw, ini pake
Lalu aku mengusap- ngusap tangannya yang dingin itu dengan tangan ku.
“ kalo lo sakit, nanti siapa yang jagain gw”. Entah kenapa aku bisa bicara seperti itu. “gw nggak sakit Rere, abisnya tadi malem gw liat lo tidurnya lelap banget dan apinya habis, gw kasih aja jaket ini ke lo”. “tapi jangan ngorbanin lo juga kali, sekarang sudah mendingan?” tanya ku. “sudah, yaudah yuk jalan lagi” jawab Dimas.

***

Kami pun melanjutkan perjalan, kita hanya mengikuti arah kemana kaki ingin melangkah. Saat sedang menelusuri jalan “aww!” teriak ku kesakitan. “ kenapa re?”. “aww, kayaknya kaki gw kena duri”. Coba sini gw liat “yaampun ini bukan duri tapi kaca, darah lo banyak banget lagi”. Aku hanya merintih kesakitan. Dimaspun merobek sedikit bajunya untuk mengikat kaki ku agar darahnya terhenti. “gimana udah mendingan?, lo hati-hati kalo jalan” kata Dimas. “masih sakit, tapi ngakpapa ayo kita jalan, kalo nungguin gw sembuh, kapan sampe tenda”. “yakin?, yaudah bangun, tangan lo ke pundak gw, biar gw topang”. Aku sempat mengelak dan ingin mencoba berjalan sendiri tapii... “aww” teriak ku. Lagi-lagi aku terpeleset dan Dimas menolong ku dan mendekap ku, kembali mata ku dengan matanya saling bertemu disatu garis lurus, mata ini seperti sedang berbicara dengan hati. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tak dapat mengartikannya, yang dapat kurasakan hanyalah dada yang penuh debar. Aku mengalihkan pandangan ku dan kondisi kembali seperti semula. Kamipun terlihat saling salah tingkah. “jangan bandel deh, kaki sakit malah mau jalan sendiri” kata Dimas agak sedikit marah. Aku hanya membalas dengan senyum penuh rasa salah, lalu tangan ku berada di pundaknya agar tidak terjatuh lagi. Sepanjang jalan aku hanya bisa berjalan pincang dan harus di topang oleh Dimas. Saat itu dekapannya sungguh sangat menjaga ku, menjagaku untuk terus dapat berjalan. Sungguh ini bukan seperti Dimas yang ku kenal.

***

Setelah berjalan lama.....
Dimas, lihat deh, itu tenda kampus kita kan” tanyaku. “iyaaaaaa itu ada benderanyaa” jawab Dimas. aaaaaaaaaaaa kami berdua berteriak dan saling berpelukan, tak disangka, akhirnya kita menemukan tendanya. Kami pun bergegas ke tenda dan di sambut oleh Lisa dan MutiRereeeeee” teriak Lisa dan Muti . Aku sempeat mengeluarkan air mata, karena sangking bahagianya bisa sampai ditenda dengan selamat. Mentorku pun juga menyuruh ku langsung bersih-bersih dan beristirahat.
“lis, obatin kaki rere ya” kata Dimas penuh rasa khawatir. “siiip, nanti gw obatin”. Aku pun melontarkan senyumanku ke Dimas. Setelah itu aku menceritakaan semuaaaanya kepada Lisa dan Muti di tenda, termasuk cerita tentang Dimas yang perhatian itu.
“Dimas so sweet dan tanggung jawab banget re, nggak nyangka deh”. Kata Muti setelah mendengar cerita ku. “apa selama ini sifat jailnya itu cuma biar bisa dapet perhatian lo”. kata Lisa. “ya nggak tau lah, kita liat aja nanti gimana kelanjutan sifatnya dia”. Jawab ku.

***

Hari ini adalah hari terakhir makrab, semua bergegas merapihkan tenda untuk pulang. “ayoo semua, masuk ke bis sekarang, pastikan sudah tidak ada yang tertinggal”. Kata kakak senior. “ iyaaa kaaa” semua menjawab.
Sebelum kami menuju ke Jakarta, kami mampir ke air terjun dan itu indaaaaaaaah sekali. Banyak paparan pohon hijau yang menyejukkan mata dan udara yang menyapa kulit dengan penuh kelembutan. Saat itu aku duduk disebuah batu besar, sedikit terkena air terjun percikan dari atas bukit.
“hai re, gimana kakinya, sudah sembuh?”. Tiba tiba Dimas berada di samping ku. “sudah lumayan, nggk sakit lagi, makasih ya sudah mau nolongin gw saat kita tersesat kemarin” kata ku. “iyaa, sama-sama, emmm ada yang mau gw omongin nih”. “iyaa apa? Ngomong aja”jawab ku. “gw mau buat pengakuan ke lo, kalau gw .........” Dimas terdiam seakan ada kata-kata yang tertahan dimulutnya. “ gw apa?” tanya ku. “gw sayang sama lo”. Aku terkejut dan sangat sangat terkejut mendengar kata kata itu. “awal gw ketemu lo gw selalu jailin lo karna gw suka sama cara lo marah, dan entah kenapa gw juga baru sadar pas kita di hutan kemarin, kalo rasa ini bukan sekedar suka untuk ngejailin lo, tapi sayang untuk menjaga lo". Hati ku berdebar kencang, kencang sekali. Dibawah air terjun ini semua rasa dihati ku campur aduk, semua kekesalan kepada Dimas seakan hilang dibawa rintikan air dari bukit, dan angin yang menyapa kulit ku menambah rasa bahagia ku saat ini. Entah apakah ini rasa yang sama dengan Dimas. “Re, bisa berdiri diatas batu ini?” Dimas memegang tangakku dan membangunkan duduk ku. Akupun berdiri diatas batu ini. Dimas berdiri setengah duduk dan megang tangan kanan ku sambil menatap mata ku. “mau kah kau menjadi calon ibu dari anak-anak ku?”. Aku terkejut, dada ini semakin terasa berdebar lebih keras dari sebelumnya. “ aaaaaaa kuuuuuuu” jawab ku tebata-bata. “aaaa kkkuuuu maaa aaauuuu” saat ku mengeluarkan kata-kata itu hatiku terasa lega. Dimas langsung memeluk ku,  senyum sumringah Dimas dan aku disaksikan oleh ribuaan air yang jatuh serta burung burung yang berkicau seakan sama-sama ikut merasakan kebahagiaan ku dan Dimas saat ini. J))))))


_SELESAI_

Kamis, 01 Januari 2015

Ciri-ciri Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik


Ciri-ciri Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik

Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby DePotter terdapat dua benang merah yang disepakati tentang gaya belajar ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap informasi dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut. Modalitas belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini, yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory, Kinestethic.
Visual
Modalitas ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata. Beberapa ciri dari pembelajar visual di antaranya adalah:
  1. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
  2. Suka mencoret-coret sesuatu, yang terkadang tanpa ada artinya saat di dalam kelas 
  3. Pembaca cepat dan tekun 
  4. Lebih suka membaca daripada dibacakan 
  5. Rapi dan teratur 
  6. Mementingkan penampilan, dalam hal pakaian ataupun penampilan keseluruhan 
  7. Teliti terhadap detail 
  8. Pengeja yang baik 
  9. Lebih memahami gambar dan bagan daripada instruksi tertulis 
Auditory
Model pembelajar auditory adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditory ini. Ciri-ciri orang-orang auditorial, di antaranya adalah:
  1. Lebih cepat menyerap dengan mendengarkan 
  2. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 
  3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 
  4. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. 
  5. Bagus dalam berbicara dan bercerita 
  6. Berbicara dengan irama yang terpola 
  7. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat 
  8. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar 
  9. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 
  10. Suka musik dan bernyanyi 
  11. Tidak bisa diam dalam waktu lama 
  12. Suka mengerjakan tugas kelompok
Kinestetik
Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri pembelajar kinestetik, di antaranya adalah:
  1. Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak 
  2. Berbicara dengan perlahan 
  3. Menanggapi perhatian fisik 
  4. Suka menggunakan berbagai peralatan dan media 
  5. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 
  6. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang 
  7. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar 
  8. Belajar melalui praktek
  9. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat 
  10. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 
  11. Banyak menggunakan isyarat tubuh 
  12. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama 
  13. Menggunakan kata-kata yang menandung akso 
  14. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita 
  15. Kemungkinan tulisannya jelek 
  16. Ingin melakukan segala sesuatu 
  17. Menyukai permainan dan olah raga.